Syahadatain

Syahadatain
Organisasi Masyarakat Islam

Sabtu, 29 Mei 2010

Beberapa hal tentang Psikologi Pendidikan

TUGAS PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Oleh :Ujang Kamiludin, C.S.Pd.I.
dari dosen : Imas Kaniarahman, M.P.dI.
1. Kaitan antara psikologi perkembangan, psikologi sosial dan psikologi pendidikan
Psikologi perkembangan Adalah bidang studi psikologi yang mempelajari perkembangan manusia dan faktor-faktor yang membentuk prilaku seseorang sejak lahir sampai lanjut usia.
Psikologi sosial merupakan perkembangan ilmu pengetahuan yang baru dan merupakan cabang dari ilmu pengetahuan psikologi pada umumnya. Ilmu tersebut menguraikan tentang kegiatan-kegiatan manusia dalam hubungannya dengan situasi-situasi sosial. Dari berbagai pendapat tokoh-tokoh tentang pengertian psikologi sosial dapat disimpulkan bahwa psikologi sosial adalah suatu studi ilmiah tentang pengalaman dan tingkah laku individu-individu dalam hubungannya dengan situasi sosial.

Psikologi perkembangan berkaitan erat dengan psikologi sosial, karena sebagian besar perkembangan terjadi dalam konteks adanya interaksi sosial. Dan juga berkaitan erat dengan psikologi kepribadian, karena perkembangan individu dapat membentuk kepribadian khas dari individu tersebut.

Psikologi pendidikan adalah perkembangan dari psikologi perkembangan dan psikologi sosial, sehingga hampir sebagian besar teori-teori dalam psikologi perkembangan dan psikologi sosial digunakan di psikologi pendidikan. Psikologi pendidikan mempelajari bagaimana manusia belajar dalam setting pendidikan, keefektifan sebuah pengajaran, cara mengajar, dan pengelolaan organisasi sekolah.

2. Sumbangan tokoh-tokoh berikut dalam psikologi pendidikan
a. Frank Parson
Menurut Parson (1908, dalam Sidek Mohd Noah, 2006), pemilihan kerja menggunakan kaidah saintifik memerlukan suatu strategi yang sistematik, tepat dan berkesan. Strategi yang diutarakan beliau meliputi tiga perkara iaitu:
1. Mengenal pasti ciri diri individu bertujuan untuk menentukan kekuatan dan kelemahan diri.
2. Menganalisis keperluan pekerjaan yaitu dengan mendapatkan semua peraturan yang berkaitan dengan pendidikan dan pekerjaan.
3. Menyerasikan individu dengan kerja yaitu membuat keputusan pemilihan bidang pendidikan atau pekerjaan yang sesuai dengan potensi diri.

Kesimpulannya adalah untuk memastikan ciri peribadi seseorang individu itu selaras dengan keperluan bidang pengajian atau pekerjaan. Keselarasan antara ciri peribadi dengan ciri pekerjaan atau pendidikan yang sangat penting kerana itu mempengaruhi motivasi, kepuasan kerja, pencapaian, produktiviti dan stabiliti dalam sesuatu pekerjaan.

b. John Dewey
John Dewey (1859-1952), pandangan tentang anak sebagai pembelajar aktif. Anak-anak akan belajar dengan lebih baik jika mereka aktif. Apa yang kita pahami, pemikiran pendidikan Dewey seiring dengan konsepsi filsafat eksperimentalisme yang dibangunnya melalui konsep dasar pengalaman, pertumbuhan, eksperimen dan transaksi
Pandangan Dewey mengenai pendidikan tumbuh bersamaan dengan kerjanya di laboratorium sekolah untuk anak-anak di University of Chicago. Di lembaga ini, Dewey mencoba untuk mengupayakan sekolah sebagai miniatur komunitas yang menggunakan pengalaman-pengalaman sebagai pijakan. Dengan model tersebut, siswa dapat melakukan sesuatu secara bersama-sama dan belajar untuk memantapkan kemampuannya dan keahliannya.

c. Jean Piaget
Jean Piaget menyebut bahwa struktur kognitif ini sebagai skemata (Schemas), yaitu kumpulan dari skema-skema. Seseorang individu dapat mengikat, memahami, dan memberikan respons terhadap stimulus disebabkan karena bekerjanya skemata ini. Skemata ini berkembang secara kronologis, sebagai hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya. Dengan demikian seorang individu yang lebih dewasa memiliki struktur kognitif yang lebih lengkap dibandingkan ketika ia masih kecil. Menurut Piaget, intelegensi itu sendiri terdiri dari tiga aspek, Struktur Isi, Fungsi. Berdasarkan hasil penelitiannya, Piaget mengemukakan ada empat tahap perkembangan kognitif dari setiap individu yang berkembang secara kronologis :
a. Tahap Sensori Motor : 0 – 2 tahun ;
b. Tahap Pra Operasi : 2 – 7 tahun ;
c. Tahap Operasi Konkrit : 7 – 11 tahun ;
d. Tahap Operasi Formal : 11 keatas.

d. Laurence kohlberg
 Menurut kholberg ketika dilahrikan, anak belum dan tidak membawa aspek moral
 Kohlberg juga berpendapat, bahwa aspek moral merupakan sesuatu yang berkembang dan dikembangkan
 Kohlberg mengemukakan teori perkembangan moral berdasar teori piaget, yaitu dengan pendekatan organismik ( melalui tahap tahap perkembangan yang memiliki urutan pasti dan berlaku secara universal ). Selain itu kohlberg juga menyelidiki struktur proses berpikir yang mendasari perilaku moral ( moral behavior)

e. Edmund Griffith Williamson
Edmund Griffith Williamson. Sebutan lain bagi ancangan trait & factor adalah Directive Counseling , dimana dalam proses konseling ini konselor lebih berperan aktif di dalam membantu klien. Sungguhpun model konseling Williamson bersifat rasional, logis dan intelektual, akan tetapi dasar falsafahnya bukan rasionalisme atau esensialisme, melainkan dasar falsafahnya adalah personalisme (individu didekati sebagai sosok yang utuh dan secara keseluruhan perlu dikembangkan, baik perkembangan intelek, social, emosional, bahkan perkembangan kewarganegaraannya). Menurut Williamson, individu dapat berkembang secara optimal hanya mungkin melalui pendidikan, dan konseling pada hakekatnya sama dengan pendidikan, sehingga tujuan yang ingin dicapai melalui pendidikan juga merupakan tujuan konseling. Pendidikan maupun konseling harus diarahkan untuk membantu perkembangan individu seoptimal m mungkin secara keseluruhan, bukan hanya satu aspek saja.
Pandangan Williamson
- Pandangan tentang Manusia Manusia dilahirkan dengan membawa potensi baik dan buruk
- Manusia bergantung dan hanya berkembang secara optimal

3. Teori-teori
a. Classical Conditioning
Jika stimulus yang menghasilkan respons emosional diulang di samping rangsangan lain yang tidak menyebabkan respons emosional, akhirnya rangsangan kedua akan menghasilkan respons emosional yang sama. Classical Conditioning Jadi 'belajar oleh asosiasi'.
Classical Conditioning tidak bekerja dalam segala situasi. Secara khusus ini lebih efektif di mana pengkondisian evolusioner dapat manfaat.
Dilakukan oleh pavlov, merupakan sebuah prosedur penciptaan refleks baru dengan mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut. Conditioning : upaya pembiasaan. Classical : membedakan dari teori conditioning yang lain. juga respondent conditioning : pembiasaan yang dituntut conditioning. stimulus rangsangan yang bisa menimbulkan stimulus, US : rangsangan yang menimublkan respon respon yang tidak dipelajari . Percobaan yang dilakukan pavlov / proses belajar tunduk pada dua hukum. Law of respondent conditioning : hukum pembiasaan dituntut. Low of respondent extinction : hukum pemusnahan yang dituntut

b. Connectionism.
Teori ini menyatakan semua makhluk, termasuk manusia terbentuk (tingkah lakunya) oleh pola-pola connections between (hubungan) stimulus (S) dan respon (R). Connectionisme merevisi dasar-dasar yang kuno dalam behaviorisme dengan teori-teorinya, yaitu :
- Connectionisme menekankan aspek hereditas dalam tingkah laku lebih dari pada aspek lingkungan, terutama kemampuan intelegensi.
- Connectionisme menganggap urgen perasaan senang dan rasa sakit, yang menentukan respon seseorang atas suatu ransangan.
- Connectionisme masih menghargai istilah thinking.

Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R ). Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme untuk beraksi atau berbuat sedangkan respon dari adalah sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang. Dari eksperimen kucing lapar yang dimasukkan dalam sangkar (puzzle box) diketahui bahwa supaya tercapai hubungan antara stimulus dan respons, perlu adanya kemampuan untuk memilih respons yang tepat serta melalui usaha –usaha atau percobaan-percobaan (trials) dan kegagalan-kegagalan (error) terlebih dahulu. Bentuk paling dasar dari belajar adalah “trial and error learning atau selecting and connecting learning” dan berlangsung menurut hukum-hukum tertentu. Oleh karena itu teori belajar yang dikemukakan oleh Thorndike ini sering disebut dengan teori belajar koneksionisme atau teori asosiasi. Adanya pandangan-pandangan Thorndike yang memberi sumbangan yang cukup besar di dunia pendidikan tersebut maka ia dinobatkan sebagai salah satu tokoh pelopor dalam psikologi pendidikan.
Teori koneksionisme menyebutkan pula konsep transfer of training, yaitu kecakapan yang telah diperoleh dalam belajar dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang lain. Perkembangan teorinya berdasarkan pada percobaan terhadap kucing dengan problem box-nya.

c. Operant conditioning
Operant conditioning merupakan salah satu model pembelajaran dalam psikologi, dimana manusia dituntut untuk berusaha. manusia dia minta untuk melakukan segala cara sehingga muncul sebuah insight atau pencerahan. pertama kali orang melakukan pertama kali adalah mencoba dan mencoba inipun diawali dengan niat dulu bahwa dirinya ingin berubah. yang kemudian niat ini diimplementasikan dengan perbuatan. jika manusia tidak berniat untuk berubah maka tidak mungkin dia akan melakukan sesuatu.

dalam satu ayat yang menyebutkan bahwa Allah tidak akan merubah suatu kamu jika kaum itu tidak merubah sendiri. kaum berarti juga bemakna kita secara individu. mencermati ayat ini kita harus mau berubah dan berubah (bukan merubah) berubah diawali dengan niat dulu, kemudian diwujudkan dengan tindakan. tindakan yang berdasarkan tuntunan. setiap niat akan memunculkan tuntunan, dari tuntunan itu kita akan digerakkan dengan motivasi yang mengalir dalam diri kita, dari motivasi ini akan muncul perilaku, perilaku yang terarah sesuai dengan niat yang telah kita programkan.

d. Gestalt
Gestalt adalah sebuah teori yang menjelaskan proses persepsi melalui pengorganisasian komponen-komponen sensasi yang memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi kesatuan. Teori gestalt beroposisi terhadap teori strukturalisme. Teori gestalt cenderung berupaya mengurangi pembagian sensasi menjadi bagian-bagian kecil.
Teori ini dibangun oleh tiga orang, Kurt Koffka, Max Wertheimer, and Wolfgang Köhler. Mereka menyimpulkan bahwa seseorang cenderung mempersepsikan apa yang terlihat dari lingkungannya sebagai kesatuan yang utuh.
Teori gestalt banyak dipakai dalam proses desain dan cabang seni rupa lainnya, karena banyak menjelaskan bagaimana persepsi visual bisa terbentuk. Persepsi jenis ini bisa terbentuk karena:
1. Kedekatan posisi (proximity)
2. Kesamaan bentuk (similiarity)
3. Penutupan bentuk
4. Kesinambungan pola (continuity)
5. Kesamaan arah gerak (common fate)
Faktor inilah yang menyebabkan kita sering bisa merasakan keteraturan dari pola-pola yang sebenarnya acak. Misalnya saat seseorang melihat awan, dia dengan mudah bisa menemukan bentuk muka seseorang. Hal ini disebut pragnan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar